(Puisi) Ketika mentari masih tertidur Angin telah menari-nari di depan rumahku Mereka memintaku untuk segera merapikan diri, menghadap Yang Maha Tinggi Di antara malam dan pagi, seekor ayam memanggilku untuk segera pergi Ditemani matahari sebagai penunjuk jalanku Menuju bangunan dengan segudang ilmu, yaitu sekolahku Sungguh bahagia Ketika aku, dia, dan mereka bersatu Saling bahu-membahu, menghadapi jalan yang berliku Sungguh bahagia Ketika aku, dia, dan mereka ceria Tertawa sekuat tenaga, berusaha menghilangkan resah dan gelisah Ingin rasanya menghentikan waktu Tapi apalah daya, waktu yang datang haruslah ditinggalkan Biarlah kisah ini menjadi benih-benih rindu saat hati sedang membisu Palembang, 29 Mei 2014
Comments
Post a Comment