Posts

Showing posts from October, 2016

Tutupi Aku

(Puisi) Tutupi aku Saat aku takut Dalam terik matahari Dalam dinginnya pagi Tutupi aku Jika aku malu Melihat dunia Dengan berjuta kata Di setiap embun nafasku Kau selalu hadir dalam pilu Memelukku dengan hati yang suci Wajah berseri Seputih salju Kau bagaikan payung Meski panas menghampiri Meski hujan membasahi Kau tetap bertahan tanpa pamrih Tutupi aku dengan senyummu Di balik sakit yang ku alami Di balik kehidupan yang fana ini Wahai sahabatku Jangan pergi, jangan lari Tetaplah bersamaku Merajut persahabatan yang abadi

Negeri Kami Bukan Sembarang Negeri

(Puisi) Ketika kau masuk dan berbaur dengan kami Niscaya kau tak dapat melihat rupamu dulu Kami tarik engkau dengan tali, bukan sembarang tali Tetapi tali budaya yang amat tinggi Negeri kami bukan sembarang negeri Negeri kami pandai melukis pelangi Dengan tali silaturahmi sehangat matahari Diiringi seribu senyuman dari hati Negeri kami bukan sembarang negeri Negeri kami mampu menyatukan jiwa Dari benang-benang yang terhampar di setiap pulaunya Kami satukan melalui rajutan cinta kasih Dengan semangat yang berkobar Demi menjaga keutuhan Negeri kami bukan sembarang negeri Negeri kami dapat menciptakan keselarasan antar budaya Hanya dengan suara yang datang dari pukulan, petikan, dan tiupan Ditemani gerakan hati yang tersalur menuju raga Semua bersatu padu karenanya Negeri kami bukan sembarang negeri Negeri kami memiliki beribu mutiara Yang tersebar di aliran air yang suci Di antara tebing bumi pertiwi Dibalik keindahan tanah pus

Sungguh Bahagia

(Puisi) Ketika mentari masih tertidur Angin telah menari-nari di depan rumahku Mereka memintaku untuk segera merapikan diri, menghadap Yang Maha Tinggi Di antara malam dan pagi, seekor ayam memanggilku untuk segera pergi Ditemani matahari sebagai penunjuk jalanku Menuju bangunan dengan segudang ilmu, yaitu sekolahku Sungguh bahagia Ketika aku, dia, dan mereka bersatu Saling bahu-membahu, menghadapi jalan yang berliku Sungguh bahagia Ketika aku, dia, dan mereka ceria Tertawa sekuat tenaga, berusaha menghilangkan resah dan gelisah Ingin rasanya menghentikan waktu Tapi apalah daya, waktu yang datang haruslah ditinggalkan Biarlah kisah ini menjadi benih-benih rindu saat hati sedang membisu Palembang, 29 Mei 2014

Negeri Ini Menangis

(Puisi) Apakah ada bagian dari Indonesia Yang bebas akan seksualitas Satu saja Bukankah tanah air kita Adalah negara yang berbudaya tinggi? Bukankah tanah air kita Penuh dengan kesopanan? Lantas mengapa Para kawula muda Berbuat sesuatu yang dilarang agama? Apa kau tak tahu Negeri ini menangis Negeri ini memberontak Akan perilaku yang hancur seperti ini Dari barat hingga ke timur Dari utara hingga ke selatan Aku mencari Dan terus mencari Wilayah yang ada di Indonesia ini Yang pantas menjadi motivasi Berteman Ya, berteman Apakah berteman adalah penyebabnya? Apakah berteman itu salah? Kurasa tidak Tetapi... Cara berteman yang melewati ambang batas Menjadi masalahnya Dunia ini penuh dengan teka-teki Penuh misteri Tapi bukan seperti ini Yang perlu diteliti Waktu terbuang percuma Kehidupan sia-sia Masa depan, gelap gulita

Negeri Seribu Matahari

(Puisi) Pemimpin, pemimpin Hampir setiap hari Setiap waktu Selalu terdengar di telingaku Akan tetapi Kata yang selalu kudengar itu Terkadang menyesakkan hati Namun, tak sedikit pula Yang membuatku bahagia Berdetak kagum karenanya Mulut ini mungkin tak pandai bicara Tetapi hati ini mengerti Akan kerasnya hidup ini Adakah di antara kalian Pemimpin sejati? Yang penuh belas kasih Datang kemari Kami memilih bukan sekedar memilih Kami memilih dengan segenggam harapan Dari sejuta keinginan kami Hanya satu yang paling berarti bagi kami Apabila kalian, para pemimpin Menjalankan amanah dari kami dengan setulus hati Tulus ikhlas tanpa pamrih Rela berkorban demi kami Dengan hati yang suci Serta, mengubah negeri ini menjadi negeri seribu matahari

Sedetik Elusan

(Puisi)  Aku menangis, aku sakit Terasa sesak di dada Isak tangis tak dapat kuduga Pedang menusuk ke dalam lara hati Dari sesaknya dada, dari sakitnya hati Tak ada penangkal sebetulnya Tak obat sebenarnya Namun seketika, Tuhan memberiku obat yang tiada duanya Penangkal yang ampuh sejagat raya Yaitu mereka, orang tua Tak ada yang menjualnya Hanya cinta yang mampu memberikan semua Tak perlu mengeluarkan harta Tak perlu mengorbankan nyawa Dengan sedetik elusan yang penuh cinta Jiwa ini sehat seketika Dengan sedetik elusan yang penuh makna Selalu berarti sepanjang masa Dengan sedetik elusan yang penuh hangat Membawa raga kembali bersemangat Meskipun sedetik saja Aku tak mau kehilangan momen berharga Mendapat elusan ayah dan bunda Yulivia Rhadita Savitri, lahir di Palembang 22 Januari 1999. Hobi menulis dan mengarang. Pendidikan sejak di bangku Taman Kanak-kanak, SD, SMP. Sekarang  sedang menempuh pendidikan pada jenjang SMA sejak t

Seketika Mataku Tak Kunjung Berhenti

(Puisi) Ketika jalan setapak ku telusuri Melewati hutan rimba tak berpenghuni Dibalik bebatuan dan pohon yang amat tinggi Kulihat seberkas cahaya menerkam mata Semakin aku mendekat rasa sakitnya semakin kuat Tak kupungkiri rasa pedih yang menusuk mataku Aku tetap berjalan dan terus berjalan Meski kaki tertusuk duri Meski kepala terbakar api Aku tetap mampu melintasi terpaan hutan Dengan hati yang selalu menyemangati Hingga sampai ke penghujung jalan ini Saat ku buka semak-semak yang menutupi Seketika mataku tak kunjung berhenti Memandang aliran air yang suci Dari tebing bumi pertiwi Seketika mataku tak kunjung berhenti Memandang percikan mutiara yang jatuh setiap detiknya Dengan hembusan kesejukan yang tiada tara Seketika mataku tak kunjung berhenti Memandang merah putih yang tergak berdiri Menemani air terjun yang sendiri Sungguh ku tak menyangka Di belakang tumpukan batu Tersimpan warisan nusantara Walaupun para pahlawan tak berpes

Pemimpin? Aku Siap!

            Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi untuk menjadikan manusia sebagai pemimpin. Pemimpin itu ketika berada dalam ruang lingkup organisasi ia mampu menuntun anggotanya ke jalan yang lebih baik. Ketika ia memimpin dirinya sendiri, ia mampu mengatur hati, pikiran, dan perbuatan menjadi satu kesatuan yang mengarah pada kebaikan. Dengan adanya pemimpin, kehidupan kita baik pada organisasi maupun kemasyarakatan akan lebih terarah dan bisa menyatukan berbagai perbedaan. Oleh karena itu, kita sebagai makhluk ciptaan Allah harus siap menjadi pemimpin minimal bisa memimpin diri sendiri. Lantas, bagaimana caranya agar kita bisa memantaskan diri untuk menjadi pemimpin? Dari sekian banyak syarat atau cara untuk menjadi seorang pemimpin yang sesuai dengan syariat Islam, ada beberapa hal yang perlu ditanamkan dalam diri ketika diamanahkan menjadi pemimpin atau menjadi pemimpin bagi diri sendiri. 1.       Niat Yang Lurus Apabila niat yang ada dalam diri seorang pemimpin

Secercah Usaha

(Puisi) Secercah usaha dari tangan kita Meleburkan batu panas dari sana Menggenggam dan terus menggenggam Menjadi butir yang bersinar Secercah usaha dari kaki kita Menebas haling dan rintang Mengangkat benih-benih baru Bagai permata nan rupawan Secercah usaha dari hati kita Menegakkan jiwa dan raga Terikat dalam satu tali antar manusia Menyongsong hari esok yang ceria Secercah usaha ini Kami perbuat demi bumi pertiwi Walau hanya sebutir pasir Dengan bersama kita berhasil

Pemuda Berkarya, Indonesia Berjaya

Image
                      Permasalahan yang terjadi di Indonesia terkadang membawa tantangan tersendiri, khususnya para pemuda. Tantangan tersebut dapat mengacu pada stabilitas politik, ekonomi, maupun sosial dan budaya.             Maraknya kasus-kasus yang merugikan negara membuat masyarakat semakin geram sehingga mereka ingin ikut campur dalam urusan negara. Maka dari itu, sebagai masyarakat sekaligus generasi muda harus mengubah pola pikir yang biasa menjadi luar biasa agar di masa yang akan datang tidak terjadi hal yang sama.             Berikut ini langkah-langkah dan solusi untuk menata masa depan bagi generasi penerus bangsa. 1.        Mulailah dari diri sendiri                     Karena memulai suatu hal yang positif dan berpengaruh terhadap diri kita serta menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehingga hidup kita semakin ke depan maka semakin menemukan titik cerah yang sebenarnya. 2.        Tentukan prinsip yang mendukung                     Dengan berlandaskan prin