Memperkaya Hati Dengan Harta
Di dalam hati manusia tersimpan berbagai macam sifat
dan perasaan yang melekat dan akan menjadi perilaku yang menunjukkan ciri khas
seseorang ketika sifat di dalam hati yang ia miliki diimplementasikan ke
lingkungan sekitar.
Sifat
dan perasaan yang ada pada hati setiap manusia tidaklah sama, biasanya
tergantung situasi dan kondisi yang sedang mereka hadapi masing-masing. Apabila
ia merasakan ketentraman di dalam hatinya maka ia akan mempunyai sifat dan
perasaan yang baik, begitu pula sebaliknya.
Semua
orang menginginkan hatinya selalu baik. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa
semua orang akan merasakan hati yang sakit. Cara yang paling ampuh untuk
membuat hati selalu baik yaitu dengan memperkaya hati. Hati yang kaya bukanlah
dengan memiliki banyak uang atau yang paling sering melakukan keburukan, tetapi
hati yang kaya adalah hati yang memiliki sifat yang bersih dari keburukan
sehingga dapat membuat diri sendiri maupun orang lain merasa nyaman. Lantas,
apa yang harus dilakukan agar hati kita menjadi kaya?
Sedekah
merupakan salah satu perbuatan untuk memperkaya hati. Ketika kita memberikan
sebagian rezeki yang kita miliki kepada saudara kita yang kurang mampu maka
akan menimbulkan perasaan nyaman dan senang melihat saudara kita bahagia atas
pemberian kita.
Selain memperkaya hati, bersedekah
juga dapat memperkaya pahala. Allah SWT berfirman di dalam surah An-Nisa ayat
114:
“Tidak ada kebaikan
pada kebanyakan bisikan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang
menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan
perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena
mencari keridaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.”
Tetapi,
berhati-hatilah karena kekayaan kita akan hilang seketika jika kita mengumbar
sedekah kita dengan niat menyombongkan diri. Di dalam surah Al-Baqarah ayat 264
Allah SWT berfirman:
“Wahai
orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di
atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia
bersih (tidak bertanah). Mereka tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
kafir.”
Comments
Post a Comment